Jakarta, Volumedia – Sukses digelar di tahun 2022, JFF+ Independent Cinema kembali hadir di tahun 2023. Kamu dapat menonton beragam film Jepang secara gratis melalui online di JFF+ Independent Cinema 2023. Simak sinopsis dan daftar film JFF+ Independent Cinema 2023 lengkapnya dibawah ini ya!
JFF+ Independent Cinema 2023
JFF+ Independent Cinema merupakan sebuah proyek yang digelar oleh Japan Foundation (JF) dan berfokus untuk menyoroti “mini-theater” yang mendukung keragaman budaya film Jepang dan menambah semangat komunitas lokal.
Dilansir dari situs resmi JFF+, Teater mini memainkan peran penting dalam mendukung budaya film Jepang. Pada tahun 2022, terdapat lebih dari 590 bioskop, dengan 136 di antaranya adalah bioskop mini, atau mencakup sekitar 20% dari seluruh bioskop.
Selain itu, dari 538 film yang dirilis di bioskop pada tahun yang sama, 60% diantaranya merupakan produksi skala kecil yang dirilis di 49 bioskop atau kurang, sebagian besar film tersebut ditayangkan secara eksklusif di bioskop mini.
Teater mini memainkan peran penting dalam mendukung budaya film Jepang. Selain menjadi tempat pemutaran film, mereka juga berkontribusi dalam produksi lokasi syuting film di daerah masing-masing. Terlebih lagi, banyak mini yang berfungsi sebagai kafe dan fasilitas tambahan lainnya, sehingga menciptakan pusat yang menarik beragam orang.
Berfungsi sebagai platform yang memupuk koneksi dan kolaborasi dalam komunitas, dengan merangkul peran beragam, teater mini merupakan cerminan dari komunitas lokal tempat mereka menjadi bagiannya.
Melalui proyek ini, kamu dapat merasakan banyak aspek menawan dari teater mini yang merupakan panggung penting dalam film Jepang.
Berbeda dengan JFF+ Independent Cinema tahun sebelumnya, daftar film JFF+ Independent Cinema 2023 memiliki jumlah yang lebih banyak. Kira-kira ada film Jepang apa aja ya? Yuk, kita intip sinopsis dan daftar film JFF+ Independent Cinema 2023 dibawah ini.
Daftar Film JFF+ Independent Cinema 2023
Selain mendukung teater kecil di Jepang, kamu juga bisa menonton film-film yang dihadirkan secara online tanpa dipungut biaya alias gratis lho!
Tahun 2023 ini, JFF+ Independent Cinema mendistribusikan 12 film Jepang yang direkomendasikan oleh teater mini di seluruh Jepang dan film maker di seluruh dunia.
Tak hanya itu, kamu juga akan diberikan akses pelengkap ke video yang memperkenalkan 10 teater mini.
Terdapat pula berbagai konten di website yang memungkinkan kamu untuk lebih merasakan lebih dalam pesona teater mini.
Lonely Glory
Setelah kuliah, Haruka pindah ke kota dan bekerja di sebuah perusahaan ventura, namun kesediaannya untuk menggunakan segala cara untuk sukses mengejutkannya.
Setelah berjuang dengan bisnisnya sendiri, Haruka kembali ke kampung halamannya setelah ibunya meninggal dan merekomendasikan untuk menjual toko keluarganya, yang mendapat tanggapan beragam dari keluarganya. Haruka berusaha membantu anggota keluarganya menjadi lebih mandiri.
An Artisan’s Legacy, Tsunekazu Nishioka
Documentary film berdurasi 88 menit ini menceritakan tentang karya dan kisah hidup Miyadaiku yang dilengkapi dengan narasi dari kerabat dekatnya.
Miyadaiku adalah tukang kayu terampil yang terlibat dalam pembangunan dan restorasi tempat suci dan kuil. Pekerjaan mereka mencakup situs warisan dunia, harta nasional, dan bangunan penting secara budaya, yang memerlukan berbagai pengetahuan di bidang seperti arsitektur, studi agama, dan sejarah, serta keahlian teknis tingkat lanjut.
Film ini sangat direkomendasikan oleh tempat arsitektur penting, Bioskop Fukaya, yang beroperasi di tempat pembuatan bir sake zaman Edo yang telah direnovasi. NISHIOKA Tsunekazu, yang dikenal sebagai “tukang kayu ulung terakhir” berkontribusi pada rekonstruksi pagoda tiga tingkat Horinji dan Kondo serta Pagoda Barat Yakushiji, mewariskan teknik arsitektur kuil kuno dari periode Asuka kepada generasi mendatang.
Bachiranun
Daftar film JFF+ Independent Cinema 2023 selanjutnya adalah Bachiraun, sebuah film doku-fiksi yang mampu memanjakan penonton dengan keindahan kehidupan Pulau Yonaguni.
“Bachiranun” adalah sebuah kata dari Pulau Yonaguni, titik paling barat Jepang, di Prefektur Okinawa, yang berarti “jangan pernah lupa”.
Film yang disutradarai oleh HIGASHIMORI Aika yang berasal dari Pulau Yonaguni dan membintangi film tersebut, mengeksplorasi pentingnya melestarikan bahasa dan budaya yang hilang di pulau tersebut sebelum dilupakan.
Film ini menerima Grand Prix di Penghargaan Festival Film Pia (PFF) ke-43 dan berhasil menarik perhatian besar karena penggunaan bahasa Yonaguni di sepanjang narasinya.
Baca juga: 15+ Daftar Tenant Lucy Curated Compound Kemang Terbaru
Hey! Our dear Don-chan
Film ini berkisah tentang tiga aktor yang berjuang, Michio, Gunji, dan Enoken, yang berbagi rumah bersama.
Suatu hari, mereka menemukan bayi perempuan yang ditinggalkan dengan surat dari mantan pacar Michio. Mereka menamai anak itu “Don-chan” dan memulai perjalanan membesarkannya, meskipun awalnya mereka kebingungan.
Disutradarai oleh OKITA Shuichi, yang dikenal dengan film seperti “A Story of Yonosuke” dan “The Fish Tale”, film ini adalah proyek produksi sendiri yang menampilkan OKITA dan teman-teman aktornya, yang mendokumentasikan kehidupan putrinya sendiri dari 6 bulan hingga 3 berusia satu setengah tahun lho!
Diambil seluruhnya dengan kamera genggam, film ini menangkap momen mengharukan dari pertumbuhan Don-chan dan tantangan yang dihadapi oleh ketiga pria dalam mengasuhnya.
And Your Bird Can Sing
And Your Bird Can Sing masuk ke dalam daftar film JFF+ Independent Cinema 2023. Film drama remaja ini merupakan film yang berdasarkan novel SATO Yasushi dengan judul yang sama, dipindahkan dari Tokyo ke Hakodate modern. Ceritanya mengikuti kehidupan Sachiko, Shizuo, dan “Saya”.
BON-UTA, Song From Home
Film dokumenter ini berlatar tahun 2015, empat tahun setelah Gempa Besar Jepang Timur, masyarakat Kota Futaba di Prefektur Fukushima, terpaksa terus hidup tersebar di tempat pengungsian. Kekhawatiran terhadap pelestarian “Bon Uta” tradisional mereka, film ini mengikuti perjalanan mereka yang dengan berani berupaya melestarikan warisan budaya mereka dan mewariskannya kepada generasi mendatang, sambil tetap berpegang pada harapan akan kelanjutan tradisi mereka.
A Muse Never Down
Seorang anggota klub seni sekolah menengah bernama Sakuko jatuh ke laut saat membuat sketsa perahu. Saibara, yang menyaksikan kejadian tersebut, menciptakan lukisan “Sakuko Tenggelam” yang memenangkan penghargaan kontes, dipajang di sekolah, dan mengumumkan niat untuk melukis Sakuko lagi dalam wawancara surat kabar.
Frustrasi, Sakuko menyerah pada seni dan mencoba menciptakan karya baru dengan tema “perahu” di rumah yang akan dibongkar.
Techno Brothers
Di dataran Kanto yang terpencil, suara gemuruh musik techno bergema. Para pemainnya adalah trio misterius yang dikenal sebagai “Techno Brothers”. Suatu hari, bersama manajer berhati dingin, Himuro, mereka memulai perjalanan ke Tokyo untuk mempromosikan musik mereka ke perusahaan rekaman. Namun, mereka mendapati diri mereka tidak dapat meninggalkan kampung halamannya, Otawara.
Hanagatami
Sutradara OBAYASHI Nobuhiko mengadaptasi cerita pendek “Kisah Karatsu” karya DAN Kazuo menjadi film, bagian terakhir dari “Trilogi Anti-Perang” setelah “Casting Blossoms in the Sky” dan “Seven Weeks”.
Film berlatar tahun 1941 ini mengisahkan Toshihiko yang berusia 17 tahun sedang mencari perlindungan bersama bibinya di Karatsu, Prefektur Saga, dan bersama teman-temannya, Ukai, Kira, dan Aso, menjalani petualangan dan menguji keberanian.
Sambil menyimpan perasaan untuk sepupunya Mina yang sakit, dia juga menikmati masa muda dengan teman wanitanya, Akine dan Chitose, tetapi kehidupan mereka terganggu oleh perang.
Baca juga: Marui Video, Video Teror Yang Dilarang Diputar Di Korea Selatan
Follow The Light
Film bergenre drama dan sci-fi ini menceritakan tentang Akira, seorang siswa SMP tahun kedua, pindah ke Akita, kampung halaman ayahnya, karena perceraian orang tuanya. Ia merasa kesulitan beradaptasi di sekolah barunya, dan perasaan depresi serta kebencian menghantuinya.
Suatu hari, ia menyaksikan lampu hijau melayang di langit, yang mengantarnya ke sebuah lingkaran tanaman misterius di sawah. Di sana, ia bertemu dengan teman sekelasnya, Maki, yang tidak hadir ke sekolah.
Saat berbagi rahasia, hubungan mereka pun tumbuh. Namun, pada saat yang sama, sekolah mereka menghadapi ancaman penutupan karena menurunnya jumlah siswa.
Tenzo
Film ini menjelajahi makna dan keberadaan agama Buddha serta keyakinan setelah Gempa Bumi Besar Jepang Timur “3.11”, dengan berfokus pada “Instruksi untuk Juru Masak” karya Dogen Zenji.
Kisahnya mengikuti dua murid, Ryugyo dan Chiken, yang menyelesaikan pelatihan di kuil utama 10 tahun lalu dan kembali ke kuil masing-masing. Chiken tinggal bersama keluarganya di Yamanashi, aktif dalam berbagai kegiatan seperti memberikan layanan konseling kehidupan, mengajar Shojin Ryori (masakan vegetarian Budha), dan mengadakan sesi Yoga Zazen.
Di sisi lain, Ryugyo kehilangan segalanya, termasuk kuil, keluarga, dan pengikutnya, dalam tsunami di Fukushima. Meskipun bekerja sebagai pembersih puing-puing di perumahan sementara, ia gigih dalam upayanya untuk membangun kembali aula utama kuilnya.
A Girl in My Room
Sebuah komedi romantis fantasi berdasarkan komik populer karya seniman manga, YAMAMOTO Chugaku, didukung oleh generasi muda. Ceritanya mengikuti Yohei, seorang pemuda yang patah hati yang dicampakkan oleh pacarnya. T
iba-tiba, hantu gadis muncul di kamar Yohei. Karena dia belum pernah merasakan cinta selama hidupnya, dia menjadi penasaran dengan hubungan romantis antara pria dan wanita. Dia membombardir Yohei dengan pertanyaan setiap hari, awalnya mengganggunya, dan dia mencoba menemukan cara untuk mengusirnya.
Namun, saat dia menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya, dia mulai merasa nyaman dengannya, menyadari bahwa dia sama seperti gadis manusia normal.
Nah, itu dia daftar film JFF+ Independent Cinema 2023. Bukan hanya terdiri dari 12 film diatas, terdapat pula introduction video teater mini yang memperkenalkan 10 teater mini di Jepang yang membantu dalam perkembangan industri film negeri sakura tersebut.
Kamu bisa menonton seluruh film dan video yang terdapat di daftar film JFF+ Independent Cinema 2023 ini secara gratis cukup dengan log in di situs resmi mereka watch.jff.jpf.go.jp hingga 31 Oktober 2023.
Film Jepang yang terdapat di JFF+ Independent Cinema 2023 ini juga dilengkapi dengan subtitle dari berbagai bahasa mulai dari English, Spanish (Latin America), Indonesian, Thai, Chinese (Simplified) hingga Chinese (Traditional).
Dari daftar film JFF+ Independent Cinema 2023 diatas, film Jepang mana nih yang menarik perhatian dan jadi kesukaan kamu? Yuk, tulis review kamu di kolom komentar ya!