Jakarta, Volume – In The Name of God: A Holy Betrayal merupakan series terbaru yang dirilis oleh Netflix Korea Selatan pada 3 Maret 2023 lalu. Seri ini merupakan sebuah dokumenter yang diambil dari kisah nyata pemimpin agama sesat yang mengaku sebagai Nabi dan Tuhan di Korea Selatan.
Tak hanya berisi cuplikan semata, tim produksi seri ini juga menghadirkan wawancara para mantan pengikut sekte tersebut.
Sinopsis In The Name of God: A Holy Betrayal
Memiliki total 8 episode, In The Name of God: A Holy Betrayal mengangkat dan menguak kisah nyata dari kejahatan empat sekte di Korea Selatan dan pengikutnya yakni sekte JMS, Five Oceans, The Baby Garden, dan Manmin Central Church.
Tiga episode pertama menguak kisah sekte JMS. Sekte tersebut dipimpin oleh Jung Myung Seok. Dia mengumpulkan pengikut melalui khotbahnya yang dimana ia berkata bahwa jika ingin melihat tuhan, cukup melihat Jung Myung Seok.
Namun, dibalik semua itu ia merupakan seorang predator seks. Salah satu narasumber, Maple, menceritakan bahwa dirinya mendapatkan pelecehan seksual.
Tak hanya Maple, korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh Jung Myung Seok ini bahkan mencapai ribuan.
Selain JMS, seri ini juga membahas kisah Park Soon Ja ketua sekte Five Oceans yang lakukan bunuh diri massal bersama 32 pengikutnya secara misterius.
Park Soon Ja memiliki perusahaan serta yayasan bernama Five Oceans untuk menampung anak-anak yang membutuhkan dengan fasilitas memadai. Anak-anak ini merasa kagum dengan Park Soon Ja. Bahkan mereka mengatakan tidak ada orang seperti Park Soon Ja di dunia.
Namun, dibalik image tersebut ia memanfaatkan pengikutnya untuk mencari keuntungan. Sayangnya, hingga sampai saat ini kasus tersebut belum terpecahkan.
Pemimpin sekte selanjutnya bernama Kim Ki Soon yang membuat sebuah tempat bernama “The Baby Garden” untuk ia dan pengikutnya tinggali.
Dia memaksa para pengikutnya untuk bekerja tanpa kenal waktu dan memanfaatkan pendapatan mereka. Selain itu, ia juga menerapkan tak ada hubungan keluarga pada sektenya serta melakukan banyak kekerasan.
Salah satu Narasumber berkata bahwa ia dan pengikut setianya tak segan untuk menyuruh seorang anak memukuli ibunya dengan dalik ibunya tersebut sudah dimasuki iblis.
Di tempat ini pula terjadi pembunuhan kejam yang menimpa anak berusia 5 tahun. Ia dibiarkan mati kelaparan dan diikat di kandang babi.
Pemimpin sekte terakhir adalah Pendeta Lee Jae Rock dari Gereja Pusat Manmin. Ia menerapkan iman dalam sistem level. Dimana semakin banyak uang maupun hadiah yang diberikan pengikutnya dengan dalih “kebutuhan gereja” maka level dan tingkatan iman pengikut tersebut juga semakin tinggi.
Tak hanya itu, ia juga menyalahgunakan uang tersebut untuk judi serta meyakinkan kepada pengikutnya bahwa penyakit hanya datang kepada orang-orang yang memiliki iman kecil.
Oleh karena itu, beberapa pengikutnya yang terkena penyakit enggan untuk ke rumah sakit dan hanya memilih untuk didoakan olehnya.
Menuai Kontroversi di Masyarakat
Sebelum dirilis, serial ini sempat harus masuk ke pengadilan karena mencoba untuk digagalkan siarnya. Dikutip dari laman Dexerto pada Kamis (9/3/2023), JMS meminta perintah untuk menghentikan penayangan serial dokumenter dengan mengklaim bahwa serial itu fiksi. Selain itu, serial dinilai telah melanggar prinsip praduga tak bersalah dan merusak kebebasan beragama.
Namun, Netflix dan penyiar publik Korea MBC berhasil mengalahkan permohonan pengadilan atas perintah untuk menghentikan penayangan serial dokumenter ini.
Tentunya serial ini menuai banyak pro dan kontra di masyarakat. Masyarakat yakin dengan adanya penayangan ini dapat membantu menyadarkan dan mengurangi adanya korban sedangkan pihak JMS takut bahwa hal ini dapat menggiring opini masyarakat terkait dengan JMS.